Dalam beberapa tahun terakhir, influencer marketing telah terbukti lebih efektif dibandingkan dengan model periklanan tradisional. Efektivitasnya sebagian besar karena influencer marketing memiliki sifat up to date, menarik, dan unik.
Berbeda dengan iklan pada umumnya, konten yang dihasilkan influencer lebih bersifat unpredictable dan otentik. Karena mewakili persona dari influencer yang memiliki keunikannya tersendiri bagi penonton. Dari influencer seperti Tasya Farasya dan Rachel Goddard, hingga Jerome Polin dan Kanna Mirdad, serta micro influencer lainnya, telah mengalami pertumbuhan luar biasa dalam menciptakan brand awareness untuk berbagai campaign mereka dalam influencer marketing.
Namun, terdapat beberapa tantangan terhadap influencer marketing yang terlihat seiring berjalannya waktu. Mari kita telusuri tantangan influencer marketing dalam menciptakan brand awareness.
Menentukan Influencer yang Tepat
Mengidentifikasi influencer yang tepat adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi pemilik brand. Menurut Influencer Marketing Benchmark Report 2022, 56% brand mengungkapkan bahwa cukup sulit untuk menemukan influencer yang tepat, sementara 22% menyatakan sangat sulit. Hal pertama yang perlu diketahui, influencer sering membagikan konten tentang berbagai topik yang menjadi minat mereka. Hal itu bisa berupa konten perjalanan, fashion, healthy/beauty lifestyle atau konten kuliner yang ditambahkan ciri khas mereka tersendiri.
Seorang influencer bisa menjadi pecinta hewan peliharaan, traveller, dan pecinta kuliner pada saat yang bersamaan. Apakah Anda akan mengkategorikannya menjadi gaya hidup atau rekomendasi makanan, dan perlukah Anda berfokus pada kategori tersebut?
Mencocokkan brand dengan influencer yang tepat, masih menjadi tantangan yang cukup jelas. Karena itu, masih terdapat banyak brand yang berusaha menjalankan kampanye, yang tidak menguntungkan hanya karena pilihan influencer yang tidak tepat.
Melacak Aktivitas Influencer
Melacak aktivitas menjadi tantangan influencer marketing untuk membantu brand, mengetahui sejauh mana influencer telah menjangkau awareness melalui persona mereka. Namun, aktivitas pemantauan dapat menjadi cukup rumit ketika brand ingin memasarkan berbagai macam produk, atau bekerja dengan banyak influencer yang mencakup berbagai topik.
Untungnya, terdapat beberapa tools yang dapat digunakan selain untuk membuat spreadsheet. Yaitu untuk melacak pesan dan aktivitas dari influencer. Sebagai contoh, tools seperti dashboard untuk mengetahui insight dari konten influencer, dapat ditemukan pada platform LEMON. Menggunakan perangkat lunak influencer marketing, adalah salah satu cara untuk mengidentifikasi influencer yang mampu memberikan dampak dan berkolaborasi serta melacak hasil sebuah campaign.
Tips: Temukan Tools yang Tepat untuk Menunjang Influencer Marketing
Pendekatan lain adalah dengan meminta influencer Anda untuk mempromosikan produk khusus, atau menawarkan kode kupon kepada pengikut atau pelanggan mereka. Dengan begitu, Anda akan dapat mudah membedakan penjualan dan prospek yang dihasilkan oleh kampanye influencer Anda, melalui pemasaran ke audiens yang lebih luas.
Berfokus Pada Followers Tanpa Melibatkan Engagements
Brand harus mengalihkan fokus mereka dari jumlah pengikut ke kualitas engagements yang diperoleh influencer dari audiens mereka. Hal ini menjadi salah satu tantangan terbesar influencer marketing, untuk membantu brand menghindari kerja sama dengan influencer palsu, yang meningkat secara masif dengan cara yang tidak organik. Serta memastikan bahwa kampanye yang mereka jalankan menjangkau audiens yang tepat.
Terdapat dua jenis brand engagement yang perlu diperhatikan:
- Overall Engagements. Tingkat engagements yang rendah menghasilkan ROI yang juga rendah. Jika seorang influencer tidak mampu mendapatkan feedback pada postingan mereka, dan audiens mereka tampaknya tidak tertarik dengan apa yang mereka katakan, maka influencer itu tidak lebih baik dari sebuah second account dengan 120 pengikut di Instagram. Namun, meskipun keterlibatannya tinggi, brand harus tetap memperhatikan keseluruhan demografi influencer. Jika sebagian besar remaja 17 – 20 tahun yang mengikuti media sosial mereka, sedangkan produk yang dipasarkan adalah perabotan rumah, maka brand tidak memiliki tempat untuk mempromosikan produk mereka.
- Contextual engagements. Tingkat keterlibatan yang tinggi tidak berarti apa-apa tanpa keterlibatan kontekstual yang penting dalam hal pemasaran. Jika influencer memiliki tingkat keterlibatan yang rendah, ketika mereka berbicara tentang topik tertentu, terutama jika mereka melakukan aktivitas campaign, maka audiens mereka akan tidak tertarik untuk memahami tentang produk yang dipasarkan. Mereka tidak akan cenderung membeli produk yang dipromosikan oleh influencer. Audiens tidak melihat influencer sebagai sumber informasi yang kredibel dalam hal membelanjakan uang dari kantong mereka.
Influencer Palsu
Meskipun menjadi influencer adalah karir yang cukup didambakan, banyak juga yang menggunakan cara curang untuk meningkatkan followers dan engagements mereka pada postingan mereka. Penipuan influencer adalah tantangan influencer marketing yang mengganggu proses funneling. Terdapat penelitian yang menunjukkan terdapat sejumlah 20% influencer dengan 50k hingga 100k followers, terdiri dari sejumlah besar followers palsu. Apa yang dapat dilakukan brand untuk mengatasi masalah ini?
Beberapa hal yang dapat diperhatikan untuk brand:
- Growth rate. Jika followers seorang influencer meledak dalam semalam, hal itu merupakan aktivitas yang mencurigakan. Pertumbuhan influencer bisa menjadi radikal. Namun, sebagian besar waktu dibutuhkan untuk menjaring audiens mereka tumbuh dengan berkala, dan dalam jangka waktu yang lebih lama. Jika seorang influencer mengalami peningkatan jumlah pengikut yang tiba-tiba, itu bisa menjadi sinyal yang jelas bahwa terdapat aktivitas penggunaan bot followers pada akun mereka.
- Engagement ratio. Jika seorang influencer memiliki perbedaan besar antara jumlah pengikut dan jumlah tayangan pada posting mereka, maka terdapat sesuatu yang tidak beres dan bisa menjadi tanda bahwa mereka membeli pengikut. Namun, meskipun jumlah like dan comment sesuai dengan jumlah pengikut, mereka tetap dapat diperoleh melalui akun bot. Dalam hal ini, influencer marketer dapat menggunakan berbagai alat untuk mengetahuinya, atau menyelami bagian komentar dan menemukan akun palsu yang menyukai dan mengomentari kiriman.
- Content relevancy. Jika influencer Instagram memposting foto biasa saja yang tidak mendorong tingkat engagement dan comment yang tinggi, maka itu adalah alasan untuk khawatir. Kecuali influencer tersebut adalah selebritas besar. Terdapat kemungkinan mereka mendapatkan ribuan like dan comment pada foto dan video, karena sorotan mereka yang besar. Brand perlu memahami lingkungan platform media sosial tempat influencer beroperasi, dan mengetahui jenis konten apa yang biasanya mendapat perhatian dari audiens mereka.
Influencer marketing menghadapi berbagai tantangan saat ini. Brand perlu melakukan evaluasi dari strategi campaign yang sukses di tahun lalu, dan fokus terhadap situasi influencer marketing di hari ini. Tidak perlu khawatir, LEMON sebagai influencer platform nomor 1 di Indonesia, siap menjawab berbagai tantangan influencer marketing yang ada saat ini. Mulai jalankan campaign Anda dengan registrasi melalui banner di bawah.