Selama beberapa tahun terakhir, istilah influencer mungkin sudah tidak asing dan bukan lagi konsep baru. Terlebih bagi Anda yang bekerja dalam bidang marketing maupun business owner bersaing mencari influencer yang tepat untuk mengembangkan bisnis.
Pengaruh yang diberikan oleh influencer menjadi salah satu senjata ampuh untuk meningkatkan brand awareness dan penjualan produk. Ini alasan strategi influencer marketing dianggap sebagai bentuk iklan dan promosi yang tinggi kredibilitasnya.
Dengan catatan, Anda harus memilih influencer yang tepat untuk berkolaborasi agar campaign efektif. Lalu, gimana cara memilih influencer yang tepat?
Dalam memperoleh hasil maksimal saat menggunakan influencer sebagai strategi pemasaran, marketer perlu tahu hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menentukan Key Opinion Leader (KOL). Berikut sejumlah berbagai pertanyaan yang paling sering dilontarkan para marketer dan business owner:
- Apa yang perlu kita perhatikan sebelum melakukan endorse influencer?
- Berapa biaya endorse dalam strategi ini?
- Platform apa yang tepat untuk memasarkan brand saya?
Apa yang Perlu Kita Perhatikan Sebelum Melakukan Endorse Influencer?
Sebelum memutuskan untuk endorse influencer, tentu marketer dan business owner perlu tahu terlebih dahulu tujuan dari endorsement tersebut dan influencer mana yang akan diajak berkolaborasi.
Pasalnya, mereka yang menyandang status sebagai seorang influencer tidaklah harus dari kalangan selebriti. Bahkan dengan kekuatan media sosial, rasanya siapapun bisa menjadi seorang influencer. Dimulai dengan memberikan informasi apa yang kita kenakan, lakukan, review atau pendapat kita mengenai produk atau layanan tersebut.
Kemudian merekomendasikannya seolah-olah produk atau layanan tersebut adalah sesuatu yang bagus dan harus mereka miliki.
Berapa Biaya Endorse dalam Influencer Marketing?
Umumnya, ada 4 tingkatan influencer yaitu Nano Influencer, Micro Influencer, Macro Influencer, dan Mega Influencer. Seorang influencer harus memiliki setidaknya 1.000 followers untuk masuk ke tingkat influencer paling pemula, yaitu Nano Influencer. Sehingga, rate card yang dikeluarkan oleh influencer pun sangat beragam tergantung jumlah followers.
Rate card influencer di Instagram rata-rata berkisar antara Rp350.000 – Rp12.000.000 dengan scope of work posting Instagram Photo Feed, Instagram Story, Instagram Video, dan Instagram Swipe Up.
Nano Influencer ≥ 1.000 followers rate card berkisar Rp350.000
Micro Influencer ≥ 10.000 followers rate card berkisar Rp600.000
Macro Influencer ≥ 100.000 followers rate card berkisar Rp6.000.000
Mega Influencer ≥1.000.000 followers rate card berkisar Rp12juta ke atas
Rate Card Influencer di TikTok
Nano Influencer ≥ 1.000 followers rate card berkisar Rp100.000
Micro Influencer ≥ 10.000 followers rate card berkisar Rp200.000
Macro Influencer ≥ 100.000 followers rate card berkisar Rp500.000-2.000.000
Sementara untuk Macro Influencer dengan pengikut lebih dari 1 juta, rate card berkisar antara Rp5.000.000 ke atas.
Rate Card Influencer di YouTube
Nano Influencer berkisar Rp300.000
Micro Influencer berkisar Rp500.000
Macro Influencer berkisar Rp2.000.000-Rp5.000.000
Sementara untuk macro influencer berkisar antara Rp6.000.000 ke atas.
Source: Cara Mengetahui Rate Card Influencer
Platform Apa yang Tepat untuk Endorse Influencer?
Berbagai platform media sosial tentu dapat dimanfaatkan untuk menjalankan strategi influencer marketing. Disamping itu, ada banyak jenis influencer di platform yang berbeda. Sehingga, perlu diketahui bahwa pilihan platform ini bergantung pada tujuan bisnis Anda. Sebaiknya, Anda melakukan riset mendalam terkait kebutuhan pelanggan, kebiasaan konsumsi konten, dan di mana target audiens Anda paling aktif. Hal tersebut bertujuan untuk mencapai pemahaman tentang platform media sosial mana yang sesuai dengan tujuan bisnis Anda.
Dilansir dari laman Influencer Marketing Hub, saat ini Instagram tetap menjadi platform media sosial yang dipilih untuk menjalankan strategi influencer marketing. Meski begitu, hasil survey mereka menunjukkan bahwa sebanyak 45% dari total responden memilih menggunakan TikTok untuk menjalankan strategi influencer marketing.
Baca juga: Influencer Gifting Atau Paid Endorsement?
Bagi brand besar, berkolaborasi dengan para selebriti mungkin menjadi pilihan yang tepat. Namun, bagaimana jika budget yang dikeluarkan tidak mampu menjangkau selebriti?
Istilah micro influencer mungkin akan terdengar familiar bagi mereka yang bekerja dalam bidang marketing. Micro influencer memiliki audiens yang terbukti lebih terlibat dan akan membuat brand Anda akan jauh lebih terlihat, karena mereka cenderung hanya akan menerima tawaran kolaborasi brand yang relevan dengan audiens mereka dan juga relevan dengan dirinya.
Lantas, apakah macro influencer tidak lagi bermanfaat dalam menjalankan influencer marketing? Tidak juga.
Micro influencer mungkin memiliki engagement rate yang tinggi —mengindikasikan keterlibatan seorang influencer dengan pengikutnya, dibandingkan dengan macro influencer. Namun, macro influencer pun memiliki perannya sendiri. Bila Anda menggunakan macro influencer dengan value dan area yang selaras dengan brand Anda, maka status selebritis mereka akan membuat para pengikutnya melirik Anda. Itulah mengapa macro influencer menjadi sasaran yang tepat jika Anda ingin meningkatkan brand awareness.
Micro influencer atau macro influencer, mana yang harus saya pilih?
Sebelum menentukan itu, perlu ditanamkan dalam mindset bahwa pemilihan influencer tidak cukup berdasarkan seberapa banyak jumlah pengikut mereka di media sosial. Mulailah bertanya pada diri sendiri, jenis audiens seperti apa yang ingin Anda tarik? Siapa yang memperlihatkan diri mereka dengan cara yang selaras dengan brand dan pesan utama yang ingin Anda sampaikan?
Kesalahan yang seringkali dialami oleh sebagian marketer adalah beranggapan bahwa sejuta pengikut mungkin akan memberikan pengaruh yang sangat besar dibandingkan seseorang dengan hanya seribu pengikut. Padahal, sebaliknya. Bekerja sama dengan micro
Influencer akan lebih efektif dari segi finansial dan jangkauan yang diperoleh.
Dikutip dari laman Adweek, Micro influencer memiliki ER 60% lebih tinggi dibandingkan macro maupun mega influencer. Hal ini dikarenakan orang dengan kategori micro influencer lebih banyak berinteraksi dengan pengikut mereka —karenanya, para pengikut akan lebih tertarik dan percaya dengan produk hasil rekomendasi influencer tersebut.
Engagement Rate (ER) Bukanlah Acuan Utama Influencer yang Tepat
ER merupakan salah satu indikator yang seringkali menjadi acuan dalam memilih influencer ketika akan melakukan pemasaran melalui strategi influencer marketing. ER yang tinggi memang mengindikasikan keterlibatan antara influencer dengan followers dalam suatu akun media sosial yang baik. Namun, ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan, diantaranya:
- Fake engagement
Saat ini ada banyak akun yang telah menyediakan jasa fake engagement, hal ini dikarenakan ER cukup mudah dipalsukan. Jenis fake engagement lainnya adalah ketika influencer tersebut mengadakan giveaway. Seringkali partisipan akan memberikan likes di postingan influencer tersebut namun tidak mengikuti akunnya atau bahkan akan berhenti mengikuti saat periode giveaway usai. Jadi, jangan lupa pertimbangkan faktor ini, ya!
- ER bergantung pada jumlah audiens
Perlu diingat bahwa semakin besar jumlah audiens, maka semakin kecil tingkat ER.
- CPM atau biaya per seribu tayangan
Ketika Anda membayar influencer untuk memasarkan suatu konten bersponsor, maka pada dasarnya Anda sedang membeli target audience reach dari mereka.
Misalnya, Anda adalah sebuah brand yang bergerak di bidang kecantikan. Anda memiliki dua pilihan influencer dengan 50.000 pengikut, dengan kondisi: 1) Influencer pertama memiliki ER sebesar 6% dan jenis konten gaya hidup, dan 2) Influencer ke dua memiliki ER sebesar 3% dan berfokus pada konten make up review. Mana yang akan Anda pilih?
Ingat kembali bahwa tujuan disini adalah tidak memilih influencer yang tepat dengan ER terbesar, tetapi untuk memilih alternatif terbaik.
Yuk, simak 3 cara memilih influencer yang tepat!
#1 Data mungkin membosankan, tetapi sangat penting
Untuk memilih influencer yang tepat, melihat data berisikan engagement dan impression adalah hal wajib untuk dipahami. Anda bisa menggunakan Kairos Insight untuk menganalisis aktivitas influencer di media sosial yang memungkinkan pengguna untuk menentukan influencer mana yang paling efektif untuk keperluan campaign dan kombinasi data dari basis data yang terdiri dari lebih dari 1.500 campaign dan 75.000 influencer.
#2 Ketahui platform
Sifat media sosial yang berubah dengan cepat —mulai dari memperbarui sistem algoritma hingga fitur-fitur yang menyediakan pengalaman lebih baik lagi bagi pengguna— membuatnya tetap menarik, sehingga Anda harus membiasakan diri untuk mengeksplorasi platform tempat Anda ingin berkolaborasi dengan influencer.
#3 Teman atau Kerabat Influencer
Bila sebelumnya Anda telah bekerja sama dengan seorang influencer, mungkin saja selanjutnya mereka akan merekomendasikan rekannya —baik itu kerabat, teman, atau hubungan baik lainnya, untuk bekerja sama dengan brand Anda. Mulanya memang terdengar seperti penawaran yang baik. Namun, kita tidak cukup tahu bagaimana audiens mereka akan saling tumpang tindih. Bila mereka memiliki target audiens yang sama, mungkin kita tidak akan mendapatkan peningkatan reach yang cukup besar saat mengadakan iklan atau campaign.
#4 Lakukanlah secara cermat
Lakukan riset dengan cermat, lihat apa yang sudah atau sedang dilakukan oleh kompetitor. Lakukanlah sharing dengan para profesional maupun agensi yang berfokus pada strategi influencer marketing sehingga persiapan Anda lebih baik lagi.
Beberapa hal di atas adalah hal-hal yang harus diperhatikan ketika memutuskan untuk menggunakan strategi influencer marketing. Micro ataupun macro influencer, keduanya sama-sama bermanfaat hanya saja perlu menyesuaikan kembali dengan tujuan dari campaign dan brand Anda sendiri. Anda dapat berkonsultasi terlebih dahulu kepada kami di sini atau membaca studi kasus kami di sini.