You attract the right things when you have a sense of who you are
Amy Poehler
—
Mungkin istilah “jual-beli followers” sudah nggak asing lagi di telinga content creator. Di luar sana banyak sekali jasa yang menyediakan 1.000, 5.000, bahkan puluhan ribu followers dengan harga yang bisa dibilang murah. Akan tetapi, kalau memang semudah dan semurah itu, kenapa semua orang nggak beli followers aja? Di Lemon Blog kali ini, Lemon akan membeberkan alasan kenapa membeli followers bukanlah tindakan yang tepat.
Membeli followers artinya hanya membeli angka: jumlah followers-mu naik, tapi mereka akan benar-benar pasif. Karena sebagian besar dari followers palsu bukanlah orang sungguhan (kalaupun orang sungguhan, mereka adalah pengguna Instagram yang tujuannya hanya mendapatkan follow), followers palsu tidak akan meng-like ataupun memberi komentar pada postinganmu. Karena algoritma Instagram berkaitan erat dengan engagement–bukan followers—membeli followers merupakan ide yang buruk. Memiliki banyak followers namun sepi likes dan comments justru beresiko merusak engagement rate kamu. Engagement rate adalah jumlah total orang yang melihat postingan dan meninggalkan “likes” atau “comments” yang dibagi dengan jumlah total postingan dalam akun Instagram seseorang; dengan kata lain, engagement rate adalah tingkat keterlibatan followers dengan akun Instagram kamu. Tanpa comment dan likes, besar kemungkinan postinganmu tidak muncul di feeds followers-mu maupun di laman explore. Sebagian besar brand juga sangat mempertimbangkan engagement rate calon KOL yang akan diajak bekerjasama. Oleh karena itu, sangat penting bagi content creator dan tentunya juga influencer untuk mempertahankan ER yang tinggi.
Instagram berusaha mempertahankan interaksi asli di platform-nya sehingga baru-baru ini memperbarui persyaratan penggunaanya untuk mengidentifikasi dan menghapus akun-akun palsu. Dengan membeli followers, kamu melanggar pedoman komunitas (community guidelines) Instagram, yang tentunya beresiko untuk akunmu: akunmu akan “ditandai” oleh Instagram sebagai akun palsu. Hal tersebut bisa berujung pada penghapusan konten atau bahkan penonaktifan akun oleh Instagram.
Nah, daripada buang-buang uang untuk beli followers, lebih baik perbaiki dan perkuat konten. Hal tersebut bisa dimulai dari memfokuskan tema konten Instagram. Jika hobimu adalah memasak, warnailah feeds Instagram kamu dengan konten-konten yang berhubungan dengan itu, seperti foto masakanmu, video tutorial memasak, dan tips-tips dalam memasak. Dengan begitu, jenis audiensmu akan terfokus dan kamu bisa sekalian membangun brand diri sebagai content creator dengan tema tertentu.
Jangan sepelekan kualitas foto. Walaupun kamu bukan fotografer, setidaknya usahakan kualitas fotomu baik: tidak buram, tidak miring, dan punya “makna”. Kamu bisa mencari referensi foto jika kamu kesulitan. Tapi ingat ya, hanya sebagai referensi, bukan menjiplak! Orisinalitas tetaplah yang utama. Lagipula kalau ketahuan menjiplak kan malu, hihi~Kalau Lemonians masih penasaran bagaimana cara meningkatkan followers yang aman dan tanpa mengeluarkan uang, kamu bisa langsung meluncur ke sini
Kami ngerti, kok, di masa karantina begini kadang otak stuck banget, nggak ada ide buat konten. Eitssss, tenang aja, kami juga punya tipsnya! Lemonians cukup klik link ini
Sebagai content creator, memiliki followers banyak memang menguntungkan. Tapi kalau followersnya nggak murni alias beli, yakin masih menguntungkan? Daripada uangnya keluar untuk beli followers, lebih baik untuk beli takjil orang serumah. Selamat berpuasa dan semoga sehat selalu, Lemonians!